METODOLOGI PDRB PENGELUARAN
1. METODOLOGI PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA
PDRB Tahunan
Penghitungan PKRT selama ini didasarkan pada hasil Susenas.
Akan tetapi, karena data pengeluaran rumah tangga dari Susenas cenderung underestimate
khususnya untuk kelompok bukan makanan dan makanan jadi, maka perlu dilakukan
penyesuaian (adjustment). Dalam melakukan adjustment, digunakan data sekunder
dalam bentuk data atau indikator suplai yang diperoleh dari berbagai sumber di
luar Susenas. Cara yang dilakukan adalah menggantikan (me-replace) hasil
Susenas dengan hasil penghitungan data sekunder atas komoditas, kelompok
komoditas, atau jenis pengeluaran tertentu. Asumsinya, bahwa penghitungan data
sekunder lebih mencerminkan PKRT yang sebenarnya.
Langkah penghitungan di atas akan menghasilkan besarnya PKRT
atas dasar harga (adh) berlaku. Untuk memperoleh konsumsi rumah tangga harga
konstan 2010, PKRT harga berlaku terlebih dahulu dikelompokkan menjadi 12
kelompok COICOP. Konsumsi rumah tangga konstan 2010 diperoleh dengan metode
deflasi, dengan deflator IHK 12 kelompok COICOP yang sesuai.
PDRB Triwulanan
Penghitungan PKRT triwulanan atas dasar harga (adh) berlaku
didasarkan pada nilai PKRT triwulan sebelumnya dikalikan dengan Indeks Konsumsi
Triwulanan hasil SKKRT. Untuk memperoleh PKRT triwulanan atas dasar harga (adh)
konstan digunakan metode deflasi, dengan deflator IHK 12 kelompok COICOP yang
sesuai.
2. METODOLOGI
PENGELUARAN KONSUMSI LEMBAGA NON PROFIT YANG MELAYANI RUMAH TANGGA (LNPRT)
PDRB Tahunan
LNPRT merupakan lembaga yang melayani anggotanya atau rumah
tangga, serta tidak dikontrol oleh pemerintah. Anggota dari lembaga yang
dimaksud di sini adalah yang bukan berbentuk badan usaha. LNPRT dibedakan atas
7 (tujuh) jenis lembaga, yaitu: Organisasi kemasyarakatan, Organisasi sosial,
Organisasi profesi, Perkumpulan sosial/kebudayaan/olahraga/hobi, Lembaga
swadaya masyarakat, Lembaga keagamaan, dan Organisasi bantuan
kemanusiaan/beasiswa.
Nilai Pengeluaran Konsumsi LNPRT (PKLNPRT) sama dengan nilai
output non-pasar yang dihasilkan LNPRT. Nilai output non pasar tersebut
dihitung berdasarkan nilai seluruh pengeluaran LNPRT dalam rangka melakukan
kegiatan operasionalnya.
PKLNPRT diestimasi
dengan menggunakan metode
langsung, yaitu menggunakan hasil Survei
Khusus Lembaga Non Profit (SKLNP). Dari hasil penghitungan tersebut akan
diperoleh besarnya PKLNPRT adh Berlaku. PKLNPRT adh Konstan 2010, diperoleh
dengan cara men-deflate PKLNPRT adh Berlaku dengan IHK tahun dasar 2010 yang
sesuai dengan jenis pengeluarannya.
PDRB Triwulanan
Penghitungan PKLNPRT triwulanan adh berlaku didasarkan pada
nilai PKLNPRT triwulan sebelumnya dikalikan dengan Indeks Konsumsi Triwulanan
hasil SKLNPRT (Survei Khusus lembaga Non Profit Triwulanan). Untyk memperoleh
PKLNRT triwulanan adh konstan digunakan metode deflasi , dengan deflator IHK
yang sesuai dengan jenis pengeluarannya.
3. METODOLOGI PENGELUARAN KONSUMSI PEMERINTAH
Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
Baik penghitungan tahunan maupun triwulanan, metodologinya
sbb:
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah atas dasar harga berlaku
(ADHB) = output-penjualan barang dan jasa + social transfer in kind purchased
market production.
Output non pasar dihitung melalui pendekatan biaya-biaya
yang dikeluarkan, seperti belanja pegawai, belanja barang, belanja bantuan
sosial dan belanja lain-lain.
Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)
Baik penghitungan tahunan maupun triwulanan, metodologinya
sbb:
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah atas dasar harga konstan
diperoleh dengan menggunakan Metode Deflasi dan Ekstrapolasi
4. METODOLOGI PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO
Estimasi nilai PMTB dapat dilakukan melalui metode langsung
maupun tidak langsung. Pendekatan "langsung" adalah dengan cara
menghitung pembentukan modal (harta tetap) yang dilakukan oleh berbagai sektor
ekonomi produksi (produsen) secara langsung. Sedangkan pendekatan "tidak
langsung"adalah dengan menghitung berdasarkan alokasi dari total
penyediaan produk (barang dan jasa) yang menjadi barang modal pada berbagai
sektor produksi, atau disebut juga sebagai pendekatan "arus
komoditi". Penyediaan atau "supply" barang modal tersebut bisa
berasal dari produk dalam negeri maupun produk luar negeri (impor).
Pendekatan secara langsung
Penghitungan PMTB secara langsung dilakukan dengan cara
menjumlahkan seluruh nilai PMTB yang terjadi pada setiap sektor kegiatan
ekonomi (lapangan usaha). Barang modal tersebut dinilai atas dasar harga
pembelian, yang di dalamnya sudah termasuk biaya-biaya yang dikeluarkan,
seperti biaya untuk transportasi, biaya instalasi, pajak-pajak serta
biaya-biaya lain yang berkaitan dengan pengadaan barang modal tersebut. Bagi
barang modal yang berasal dari impor di dalamnya termasuk bea masuk dan
pajak-pajak yang berkaitan dengan pengadaan barang modal tersebut. Dari laporan
keuangan perusahaan dapat diperoleh informasi/data tentang pembentukan modal
tetap bruto (perubahan atas harta tetap, yang dinilai atas dasar harga berlaku
(ADHB) dan harga pembelian (perolehan), pada setiap sektor. Untuk memperoleh
nilai pembentukan modal atas dasar harga konstan, pembentukan modal (ADHB)
tersebut di "deflate"dengan menggunakan indeks harga perdagangan
besar yang sesuai dengan masing-masing kelompok jenis barang modalnya.
Pendekatan secara tidak langsung
Penghitungan pembentukan modal dengan cara tidak langsung
disebut juga sebagai pendekatan melalui arus komoditas (commodity flow approach).
Pendekatannya adalah dengan menghitung nilai produk barang yang dihasilkan oleh
berbagai sektor ekonomi (supply) yang kemudian dialokasikan sebagian menjadi
barang modal. Estimasi penghitungan PMTB berupa bangunan dilakukan dengan
menggunakan rasio tertentu dari nilai output sektor konstruksi, baik atas dasar
harga berlaku maupun konstan.
5. METODOLOGI INVENTORI
Perubahan inventori adalah selisih antara nilai inventori
pada akhir periode akuntansi dengan nilai inventori pada awal periode akuntansi.
Perubahan inventori menjelaskan tentang perubahan posisi barang inventori, yang
dapat bermakna pertambahan (tanda positif) atau pengurangan (bertanda negatif).
Terdapat 2 (dua) metode yang digunakan dalam penghitungan
komponen perubahan inventori, yaitu pendekatan langsung dan pendekatan tidak
langsung. Pendekatan langsung adalah
pendekatan dari sisi “korporasi”, sedangkan pendekatan tidak langsung adalah
pendekatan dari sisi “komoditas”.
Pendekatan Langsung
Dengan menggunakan pendekatan langsung, akan diperoleh nilai
posisi inventori di suatu waktu tertentu (umumnya di akhir tahun). Sumber data
utama adalah laporan neraca akhir tahun (balance sheet) perusahaan. Untuk
memperoleh nilai perubahan inventori adh Berlaku, diperlukan data inventori di
tahun yang berurutan. Langkah penghitungan inventori dari laporan keuangan,
adalah sebagai berikut :
• menghitung
posisi inventori adh Konstan, dengan cara men-deflate stok awal dan akhir
dengan IHPB akhir tahun;
• menghitung
perubahan inventori adh Konstan dengan mengurangkan posisi di tahun berjalan
dengan di tahun sebelumnya; dan
• menghitung
perubahan inventori adh Berlaku dengan meng-inflate perubahan inventori adh
Konstan dengan IHPB rata-rata tahunan.
Pendekatan Tidak Langsung
Pendekatan tidak langsung disebut juga dengan pendekatan
arus komoditas (commodity flow). Data utama yang digunakan adalah data volume
dan harga masing-masing barang inventori. Nilai perubahan barang inventori adh
Berlaku diperoleh dengan cara menghitung perubahan volume stok akhir dan stok
awal dikalikan rata-rata harga pembelian, atau harga penjualan, bila data harga
pembelian tidak tersedia. Perubahan barang inventori adh Konstan dihitung
dengan: a. men-deflate nilai perubahan inventori adh Berlaku dengan indeks
harga yang sesuai, b. mengalikan perubahan volume stok akhir dan stok awal
dikalikan dengan harga barang di tahun dasar.
6. METODOLOGI EKSPOR - IMPOR
Ekspor Impor Barang dan Jasa Luar Negeri
Ekspor-Impor
barang luar negeri dinilai menurut harga free on board (fob) dalam US$.
Penghitungan ekspor barang luar negeri dilakukan dengan mengalikan nilai barang
(sesuai PEB) dengan kurs transaksi beli rata-rata tertimbang. Sedangkan Impor
barang luar negeri dilakukan dengan mengalikan nilai barang (sesuai PIB) dengan
kurs transaksi jual rata-rata tertimbang. Nilai ekspor-impor jasa berasal dari
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.
Disamping itu, nilai ekspor-impor tersebut masih ditambah/dikurangi dengan
nilai pembelian langsung (direct purchase) dan transaksi yang tidak
terdokumentasi (undocumented trasnsaction) baik oleh residen maupun non
residen.
Net Ekspor Antar Daerah
Net ekspor antar daerah didefinisikan sebagai ekspor antar
daerah dikurangi impor antar daerah. Komponen ini secara implisit mencakup dua
unsur pokok yaitu: ekspor antar daerah dan impor antar daerah. Sama halnya
dengan perubahan inventori, net ekspor antar daerah juga hasilnyadapat memiliki
2 (dua) angka, positif atau negatif. Jika komponen ini bertanda “positif”
berarti nilai ekspor antar daerah lebih besar dari pada impor antar daserah,
demikian pula sebaliknya.
Pada saat ini untuk memisahkan net ekspor antar
daerah menjadi nilai ekspor antar daerah
dan nilai impor antar daerah dilakukan dengan metode tidak langsung, yaitu
dengan metode cross-hauling. Metode ini bekerja dengan memanfaatkan sifat
keseimbangan permintaan (demand) dan penyediaan (supply) setiap komoditas di
suatu perekonomian. Penghitungan ekspor impor dengan metode cross-hauling
diawali dengan metode commodity balance. Metode commodity balance adalah metode
penghitungan ekspor-impor dengan memanfaatkan Tabel Input-Output “bayangan”.
Dalam metode ini, transksi ekspor-impor dipandang sebagai item penyeimbang
(balancing item) dalam keseimbangan demand dan supply suatu perekonomian.